Abrasi masih jadi masalah lingkungan yang serius di Indonesia. Berbeda dari bencana lain, ia datang tanpa suara namun perlahan-lahan menggerus wilayah pesisir. Contohnya, Bali.
Luas Pulau Dewata bahkan menyusut 50 kilometer dalam lima tahun ke belakang. Bila pada 2017/2018 Bali masih seluas 5.646 kilometer persegi, kini hanya 5.590,15 kilometer persegi saja. Bukan tidak mungkin angka tersebut akan terus berkurang seiring waktu.
Gubernur Bali, Wayan Koster, menegaskan menyusutnya wilayah Bali disebabkan oleh abrasi. Kondisi ini makin parah karena perubahan iklim dan berkurangnya pelindung alami di garis pantai.
Ya, saat hutan mangrove rusak, daratan jadi tak punya pelindung ketika gelombang datang. Air laut pun masuk lebih jauh ke daratan, menyebabkan kerusakan yang lebih parah.
Mulai dari tergerusnya tanah pesisir, meningkatnya risiko banjir rob, hingga menghilangnya wilayah itu sendiri.
Djarum Trees For Life dan Komitmen Membangun Perisai Daratan
Djarum menyadari, mangrove punya peran penting dalam menahan abrasi. Akar mangrove akan memecah energi gelombang, membuat kekuatan ombak berkurang sebelum mencapai daratan.
Tak hanya itu, mangrove juga bisa menjadi habitat ikan dan biota laut. Efek gandanya jelas: ekosistem pulih, produktivitas perikanan meningkat, dan ekonomi nelayan ikut bangkit.
Lantas, seberapa besar pengaruh Djarum Trees For Life dalam menjaga wilayah pesisir? Mengapa program ini jadi salah satu benteng terpenting bagi ekosistem pesisir Indonesia?
Kamu bisa langsung nonton penjelasannya di Bencana yang Datang Tanpa Suara: Abrasi & Hilangnya Daratan Kita. Langsung klik video di atas ya!

4 days ago
21





































