Hari Ibu dan Beban Ganda yang Masih Dianggap Wajar

5 hours ago 6
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Setiap Hari Ibu, saya selalu menemukan unggahan yang serupa: ucapan terima kasih, foto masa kecil, dan kalimat tentang pengorbanan seorang ibu yang tak terhingga. Semua terasa hangat dan tulus. Namun, di tengah perayaan itu, saya kerap bertanya-tanya, apakah kita benar-benar melihat kehidupan ibu apa adanya, atau hanya merayakan gambaran ideal yang kita anggap wajar sejak lama.

Di balik ucapan manis dan simbol kasih sayang, banyak ibu tetap menjalani hari yang sama seperti kemarin. Bangun lebih pagi, mengurus rumah, memastikan kebutuhan keluarga terpenuhi, lalu bekerja baik di dalam maupun di luar rumah. Semua dilakukan nyaris tanpa jeda. Beban ini sering disebut pengorbanan, padahal bagi banyak ibu, ia adalah rutinitas yang melelahkan dan jarang dipertanyakan.

Saya melihat sendiri bagaimana peran ibu tidak pernah tunggal. Seorang ibu bisa menjadi pengasuh utama, pengatur keuangan rumah tangga, pendamping pendidikan anak, sekaligus pencari nafkah. Peran-peran ini berjalan bersamaan, sering kali tanpa pembagian yang seimbang.

Ketika ibu merasa lelah, respons yang muncul kerap normatif: “namanya juga ibu.” Kalimat sederhana ini terdengar biasa, tetapi menyimpan anggapan bahwa kelelahan adalah bagian yang harus diterima, bukan sinyal adanya ketimpangan. Seolah-olah, selama ibu masih mampu bertahan, beban itu sah untuk terus dipikul.

Masyarakat menaruh harapan besar pada sosok ibu. Ibu diharapkan sabar, kuat, dan selalu hadir. Bahkan ketika bekerja di luar rumah, tanggung jawab domestik tetap melekat sepenuhnya. Di sisi lain, keterlibatan pihak lain dalam pengasuhan masih sering disebut sebagai bantuan, bukan kewajiban bersama.

Narasi tentang “ibu yang kuat” memang terdengar positif, tetapi tanpa disadari, ia juga menjadi beban. Kekuatan ibu dipuji, sementara sistem yang seharusnya menopang justru luput dari perhatian. Akhirnya, banyak ibu bertahan bukan karena kondisinya adil, melainkan karena tidak ada pilihan lain.

Mengurus rumah, merawat anak, menjaga keseimbangan emosional keluarga, semua ini adalah kerja. Namun, karena tidak menghasilkan upah, kerja tersebut sering dianggap tidak bernilai secara ekonomi. Padahal, tanpa kerja perawatan, kehidupan keluarga tidak akan berjalan.

Ketika kerja ini tidak terlihat, perlindungan pun menjadi minim. Dukungan terhadap kesehatan mental ibu, jaminan sosial, hingga kebijakan ramah keluarga masih belum sepenuhnya menjangkau realitas yang mereka hadapi. Banyak ibu akhirnya mengandalkan ketahanan pribadi, bukan dukungan sistemik.

Hari Ibu seharusnya menjadi lebih dari sekadar perayaan simbolik. Bagi saya, hari ini justru relevan untuk mengajukan pertanyaan yang lebih jujur: apakah apresiasi kita benar-benar meringankan beban ibu, atau hanya mengulang pujian yang sama setiap tahun?

Menghargai ibu berarti berani membicarakan hal-hal yang tidak nyaman tentang pembagian peran yang timpang, tentang kerja perawatan yang tidak diakui, dan tentang kelelahan yang sering dianggap biasa. Tanpa percakapan ini, Hari Ibu akan terus berakhir sebagai seremoni, bukan perubahan.

Beban ganda yang dialami ibu bukan semata-mata persoalan individu. Ia adalah persoalan keluarga, masyarakat, dan kebijakan. Selama pengasuhan dan kerja domestik masih dianggap tanggung jawab satu pihak, keadilan akan sulit terwujud.

Perubahan memang tidak instan, tetapi dimulai dari kesadaran bahwa apa yang selama ini dianggap wajar, sebenarnya bisa dipikirkan ulang. Hari Ibu memberi kita momentum untuk memulai refleksi tersebut.

Merayakan ibu seharusnya berarti melihat mereka sebagai manusia seutuhnya dengan batas, kebutuhan, dan hak yang sama. Selama beban ganda masih dianggap hal biasa, penghormatan terhadap ibu akan selalu terasa belum selesai.

Hari Ibu bukan hanya tentang mengucapkan terima kasih, tetapi tentang memastikan bahwa kasih itu diterjemahkan dalam sikap, pembagian peran, dan sistem yang lebih adil.

Read Entire Article