Istanbul (ANTARA) - Kamboja berupaya mengadakan negosiasi militer dengan Thailand di Malaysia karena bentrokan di sepanjang perbatasan bersama mereka terus berlanjut, sementara Thailand bersikeras pembicaraan akan berlangsung di wilayahnya, menurut laporan media pada Selasa (23/12).
Phnom Penh telah meminta agar pertemuan Komite Perbatasan Umum Kamboja-Thailand (GBC) mendatang diadakan di Kuala Lumpur, dengan alasan kekhawatiran keamanan terkait dengan pertempuran yang sedang berlangsung, menurut surat yang dikirim oleh Menteri Pertahanan Kamboja Jenderal Tea Seiha.
Dalam surat yang ditujukan kepada Menteri Pertahanan Thailand Jenderal Nattaphon Narkphanit, Kamboja menegaskan kembali dukungannya untuk mengadakan GBC pada Rabu tetapi berpendapat bahwa tempat tersebut harus dipindahkan ke luar wilayah perbatasan.
"Untuk alasan keamanan, karena pertempuran yang sedang berlangsung di sepanjang perbatasan, pertemuan ini harus diadakan di tempat yang aman dan netral. Dalam hal ini, Malaysia telah setuju untuk menjadi tuan rumah di Kuala Lumpur," kata Jenderal Tea Seiha dalam suratnya.
Thailand menolak usulan tersebut. Menteri Luar Negeri Thailand Sihasak Phuangketkeow mengatakan pertemuan GBC akan diadakan pada Rabu (24/12) di provinsi Chanthaburi, Thailand, menurut harian Thailand Khaosod.
Perselisihan mengenai tempat tersebut menyusul pertemuan khusus para menteri luar negeri dari blok ASEAN yang diadakan di Kuala Lumpur pada Senin (22/12) untuk membahas sengketa perbatasan. Kedua pihak sebelumnya telah sepakat secara prinsip untuk mengadakan pembicaraan GBC setelah pertemuan tersebut.
Sesi GBC terakhir diadakan di provinsi Koh Kong, Kamboja pada September.
Sementara itu, pertempuran di sepanjang perbatasan terus berlanjut. Tentara Thailand mengatakan pada Selasa (23/12) bahwa bentrokan sedang berlangsung di empat provinsi di wilayah Isan timur laut Thailand, dengan pasukan Thailand melakukan apa yang mereka sebut sebagai tembakan dukungan terkonsentrasi terhadap pasukan Kamboja, menurut Khaosod.
Namun, Kementerian Pertahanan Kamboja mengatakan pasukan Thailand terus menembakkan peluru artileri ke wilayah Kamboja, menurut Khmer Times.
Jumlah korban yang dilaporkan oleh kedua pihak berbeda. Otoritas Thailand mengatakan 21 tentara Thailand dan satu warga sipil tewas dalam pertempuran tersebut, menambahkan bahwa 33 warga sipil lainnya tewas dengan apa yang mereka sebut sebagai "dampak sampingan dari situasi tersebut."
Kementerian Dalam Negeri Kamboja mengatakan 21 warga sipil Kamboja tewas dan 83 lainnya terluka.
Secara terpisah, China mendesak warganya untuk menghindari perjalanan ke daerah perbatasan antara Kamboja dan Thailand, dengan alasan yang mereka sebut sebagai "situasi keamanan yang serius," menurut Global Times yang berbasis di Beijing.
"Kami mendesak kedua pihak yang terlibat dalam konflik untuk memastikan keselamatan dan hak serta kepentingan sah warga negara dan perusahaan China," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian.
Peringatan Beijing tersebut menyusul laporan bahwa seorang warga negara China terluka di Kamboja pada Senin (22/12) selama bentrokan yang sedang berlangsung dengan Thailand.
Sumber: Anadolu
Baca juga: ASEAN serukan saling menahan diri terkait konflik Thailand-Kamboja
Baca juga: China dukung pertemuan menlu ASEAN damaikan Kamboja-Thailand
Baca juga: Gagal capai gencatan senjata, Thailand-Kamboja akan berunding lagi
Penerjemah: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

4 days ago
9





































