Ketika Negara Belum Percaya pada Desa

1 week ago 10
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Kepala Desa Melakukan Aksi (Ilustrasi Dibuat AI)

Gelombang aksi kepala desa yang kembali terjadi di Jakarta pada akhir 2025 menandai perubahan penting dalam arah tuntutan desa. Jika pada periode 2022-2024 isu yang dominan adalah perpanjangan masa jabatan, kini sorotan bergeser ke soal yang lebih mendasar: otonomi anggaran desa. Pergeseran ini menunjukkan kesadaran baru bahwa kekuasaan tanpa ruang kendali atas anggaran hanyalah simbol administratif.

Tuntutan masa jabatan sembilan tahun memiliki sejarah panjang. Sejak 2022, berbagai asosiasi kepala desa menyuarakan keberatan atas masa jabatan enam tahun yang dinilai tidak sebanding dengan beban kerja dan kompleksitas pengelolaan dana desa.

Aksi-aksi nasional pada 2023-2024 akhirnya direspons negara melalui revisi Undang-Undang Desa. Namun, setelah isu jabatan relatif selesai, persoalan mendasar justru semakin terang: desa tetap belum sepenuhnya berdaulat menentukan arah pembangunannya sendiri.

Akar masalahnya terletak pada anggaran. Pada 2025, dana desa secara nasional berada di kisaran lebih dari Rp70 triliun. Angka ini terlihat besar, tetapi ruang diskresi desa atas dana tersebut semakin menyempit.

Ilustrasi penggunaan dana desa Foto: Nunki Lasmaria Pangaribuan/kumparan

Skema earmarking mengikat penggunaan dana desa pada pos-pos tertentu, mulai dari bantuan langsung tunai, ketahanan pangan, penanganan stunting, hingga berbagai program prioritas nasional. Akibatnya, desa sering kali kesulitan merespons kebutuhan lokal yang mendesak dan spesifik.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81 Tahun 2025 mempertegas pola tersebut. PMK ini mengatur secara rinci prioritas dan mekanisme penggunaan dana desa. Dari perspektif tata kelola keuangan negara, kebijakan ini masuk akal.

Terlebih, di bawah kepemimpinan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, arah kebijakan fiskal nasional memang menekankan disiplin anggaran yang ketat untuk menjaga defisit tetap terkendali dan stabilitas makro tetap terjaga.

PMK 81/2025 dapat dibaca sebagai cara pemerintah memastikan setiap rupiah dana desa terserap secara terukur dan tidak menguap. Namun, ketika pendekatan makro ini diterjemahkan ke tingkat desa, muncul persoalan baru.

Ilustrasi desa wisata di Indonesia. Foto: Dok. Kemenparekraf

Bagi banyak kepala desa, disiplin fiskal yang diwujudkan dalam aturan teknis yang detail dirasakan sebagai pembatasan ruang gerak. Desa dihadapkan pada realitas lapangan yang sering kali tidak bisa menunggu prosedur panjang dan menu kebijakan yang seragam.

Seorang kepala desa di Jawa Tengah menggambarkan situasi ini dengan lugas: desa tidak menolak pengawasan, tetapi membutuhkan fleksibilitas. Jalan rusak akibat banjir, irigasi jebol, atau kebutuhan darurat warga sering kali tidak sepenuhnya sejalan dengan prioritas pusat. Dalam kondisi seperti ini, kepala desa merasa lebih berperan sebagai operator program nasional ketimbang perencana pembangunan lokal.

Di sinilah persoalan kepercayaan menjadi kunci. Negara tampak masih menyimpan kehati-hatian, bahkan keraguan atas kapasitas desa dalam mengelola anggaran secara mandiri. Kekhawatiran terhadap potensi penyalahgunaan dana desa dijawab dengan pengetatan regulasi. Akibatnya, dana desa yang semula dirancang sebagai instrumen kemandirian perlahan bergeser menjadi instrumen distribusi kebijakan pusat.

Padahal, dana desa lahir dari gagasan besar pembangunan dari pinggiran. Desa ditempatkan sebagai fondasi pembangunan nasional dan ruang terdekat negara dengan warga. Namun, desa bukan entitas yang homogen. Desa pesisir, desa pegunungan, desa agraris, hingga desa rawan bencana memiliki tantangan dan kebutuhan yang berbeda. Kebijakan satu pola untuk semua berisiko mengabaikan keragaman ini dan justru mengurangi efektivitas pembangunan.

Ilustrasi kebijakan pemerintah. Foto: SsCreativeStudio/Shutterstock

Dalam konteks pemerintahan baru, Presiden Prabowo Subianto menegaskan pentingnya audit dan pengawasan dana desa agar anggaran negara benar-benar sampai kepada rakyat. Penegasan ini penting dan relevan. Namun, audit seharusnya menjadi instrumen koreksi, bukan pengganti kepercayaan. Pengawasan yang kuat tidak harus berujung pada sentralisasi keputusan hingga ke tingkat paling bawah.

Menariknya, tuntutan kepala desa kali ini juga mencerminkan kematangan politik desa. Mereka tidak lagi sekadar memperjuangkan kepentingan jabatan, tetapi juga mulai mengajukan kritik terhadap desain kebijakan fiskal negara. Ini menunjukkan bahwa desa perlahan naik kelas sebagai aktor kebijakan yang memahami relasi antara stabilitas nasional dan kebutuhan lokal.