Jika berbicara tentang ekonomi di negara timur tengah, maka hal yang secara langsung terlintas bagi kita adalah cadangan sumber daya minyak dan gas bumi yang melimpah di kawasan tersebut. Dan jika kita lihat datanya, Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) mengungkapkan bahwa lebih dari setengah cadangan minyak mentah di dunia ini berada di Timur Tengah. Pada tahun 2022 OPEC menunjukkan adanya 1,56 Triliun barel volume minyak mentah di dunia, dan 55,7% berasal dari negara-negara timur tengah. Negara-negara seperti Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, Oman, Qatar, Suriah, dan UAE menjadi pemilik dari cadangan minyak mentah tersebut.
Adanya ketersediaan minyak mentah yang melimpah di kawasan tersebut, memberikan dampak positif serta negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara kawasan ini. melimpahnya sumber daya alam lewat minyak ini menjadikan negara-negara timur tengah sebagai penguasa minyak di dunia, namun disisi lain ini memberikan dampak terhadap ketergantungan ekonomi yang terpaku pada satu sektor tunggal saja. Jika kita lihat beberapa tahun ke belakang, pendapatan di sektor ini sangat fluktuatif. Sehingga butuhnya diversifikasi ekonomi oleh negara-negara pengekspor minyak ini.
Pandemi COVID-19 seperti contohnya, menyebabkan perlambatan ekonomi bukan hanya negara timur tengah, tetapi seluruh dunia. Hal ini juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di sektor minyak. Kemudian pada tahun 2022, kawasan ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat diakibatkan lonjakan harga minyak yang terjadi setelah invasi Rusia ke Ukraina. Namun pada tahun 2023, adanya pemotongan produksi minyak secara berturut-turut oleh OPEC, menjadikan harga minyak turun menjadi US$ 83 per barel, dari yang sebelumnya US$ 100 di tahun 2022.
Akibat dari fluktuasi yang terjadi di sektor minyak ini, negara-negara timur tengah mulai mengembangkan diversifikasi ekonomi di berbagai sektor. Jika kita lihat berdasarkan OIC Economy Outlook 2025, beberapa negara timur tengah mulai masuk dalam ekspor non-minyak ke Amerika Serikat. Impor AS dari negara-negara OKI terkonsentrasi pada beberapa negara saja. Malaysia menonjol sebagai eksportir OKI terbesar ke AS dengan nilai ekspor US$ 53,8 Miliar di tahun 2024. Indonesia mengikuti dengan nilai US$ 29,5 miliar, kemudian Türkiye berada di peringkat ketiga dengan US$ 17,8 miliar.
Dan diikuti negara-negara lain seperti Arab Saudi, Bangladesh, UAE, Iraq, Nigeria, Guyana, dan Pakistan. Adapun produk utama yang di ekspor dari negara negara OKI ke AS meliputi mesin dan peralatan listrik, pakaian dan aksesoris pakai (rajut dan non rajut), peralatan optik, fotografi, peralatan medis atau bedah, karet, furniture dan lain sebagainya.
Data diatas menunjukkan bahwa beberapa negara Timur Tengah mulai mengembangkan ekonomi yang tidak terpusat pada satu sektor tunggal lewat minyak. Dengan berbagai sektor yang maju secara bersamaan, makan akan tumbuh ekonomi yang kuat dalam menghadapi krisis global yang tidak dapat secara penuh diprediksi. Terlebih kondisi geopolitik timur tengah tidak baik-baik saja akibat ketegangan yang terjadi di gaza, yang mana hal tersebut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di kawasan timur tengah.
Vision 2030 yang digaungkan oleh Arab Saudi mendorong transformasi ekonomi yang luar biasa bagi negara ini. Arab Saudi mendorong diversifikasi dan keberlanjutan pada sektor-sektor kunci seperti manufaktur, teknologi, pariwisata, energi terbarukan, pertambangan dan logistik yang berada di garis terdepan dalam menopang perekonomian negara yang fokus pada kewirausahaan dan inovasi. Vision 2030 juga memastikan masa depan kerajaan dengan mengembangkan sektor-sektor baru yang berkelanjutan dan melindungi sumber daya alam. Kerajaan Arab Saudi juga mengakui pentingnya berinvestasi pada sektor tenaga kerja yang terampil agar dapat berkembang dalam lanskap ekonomi baru ini.
Pada sektor logistik, vision 2030 kerjaan telah meningkatkan pada sektor tersebut. Kerajaan Saudi memanfaatkan lokasi negara mereka yang startegis untuk menjadi pusat logistik terkemuka. Pada sektor logistik ini, sudah terlihat hasil yang nyata dengan terciptanya lapangan kerja, menarik investor, serta diversifikasi ekonomi. Kerajaan Saudi naik peringkat dari yang sebelumnya 24 menjadi 16 dalam penanganan kontainer Lloyd’s List. Kemudian juga naik peringkat ke 55 menjadi 38 dalam Indeks Kinerja Logistik (LPI) Bank Dunia.
Pada sektor manufakturing, Lucid Group telah membuka pabrik internasional pertamanya, yaitu pabrik Manufaktur EV Canggih “AMP-2” di King Abdullah Economy City, Rabigh. Upaya dalam sektor ini menjadi tonggak sejarah kerajaan sebagai pemain utama dalam industri manufaktur kendaraan listrik. Inisiatif ini sangat mendorong ekonomi kerajaan lewat investasi, lapangan kerja, mendorong inovasi, dan memajukan lokalisasi industri-industri canggih.
Pariwisata juga menjadi sektor terpenting dalam diversifikasi ekonomi bagi kerajaan Saudi. Warisan yang kaya akan budaya dan lokasi startegis Arab Saudi, yang menghubungkan Asia, Eropa, dan Afrika menjadi Arab Saudi sebagai destinasi wisata secara global. Sebut saja destinasi wisata seperti AlUla, ad-Dir’iyah, Najran, Al-Ahsa, dan lain sebagainya menjadi destinasi menarik yang memberikan lonjakan siginifikan di sektor pariwisata, menarik para pengunjung baik domestik maupun internasional. Bahkan pada tahun 2023, kontribusi di sektor pariwisata ini mencapai 4,45% terhadap PDB Saudi.

4 days ago
17





































