REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam dunia hukum dan administrasi, selembar materai bukan sekadar kertas kecil bergerigi atau deretan kode digital unik. Ia adalah representasi legitimasi negara, sebuah "stempel" keabsahan yang memastikan sebuah dokumen memiliki kekuatan di mata hukum.
Namun, di tengah kemudahan transaksi digital, marwah dokumen ini kerap terancam oleh satu masalah klasik yang bertransformasi ke arah modern yaitu peredaran materai palsu dan produk reject di pasar daring (marketplace). Risikonya tidak main-main. Menggunakan materai yang tidak valid, baik itu meterai tempel bekas pakai maupun e-Meterai abal-abal bisa berujung pada penolakan dokumen penting, kegagalan kontrak bisnis, hingga persoalan hukum yang pelik.
Menyadari kerentanan ini, PosDigi sebagai perpanjangan tangan Pos Indonesia mengambil langkah progresif untuk memutus rantai peredaran produk palsu tersebut. PosDigi meluncurkan official store di Toco Mall (bagian dari ekosistem Toco) pada Jumat (12/12/2025), menciptakan kanal distribusi resmi yang menjembatani kebutuhan keamanan dengan kenyamanan belanja digital masyarakat modern.
Berbelanja kebutuhan administrasi di marketplace telah menjadi kebiasaan baru yang sulit dihindari. Praktis dan cepat. Namun, kemudahan ini sering dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk menyisipkan materai palsu di antara ribuan produk asli. Konsumen yang kurang waspada sering kali tergiur harga murah, tanpa menyadari bahwa mereka sedang mempertaruhkan keabsahan dokumen berharga mereka.
Direktur PosDigi, Edi Priyatno, mengatakan inisiatif ini merupakan langkah konkret untuk melindungi masyarakat sebagai pengguna akhir. “Kami ingin masyarakat tidak lagi khawatir membeli materai di marketplace. Dengan hadirnya official store PosDigi di Toco Mall, masyarakat mendapatkan kepastian bahwa meterai yang dibeli adalah asli, resmi, dan dapat digunakan tanpa risiko penolakan,” ujar Edi.
Dengan status sebagai satu-satunya toko resmi yang menjual materai fisik dan e-Meterai di platform Toco, PosDigi ingin memastikan bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan masyarakat kembali dalam bentuk produk yang diakui sepenuhnya oleh negara.
Salah satu poin paling menarik dari kolaborasi ini adalah bagaimana PosDigi memandang masa depan dokumen digital. Kita tidak lagi hanya bicara soal membeli stiker materai lalu menempelnya di atas kertas. Di era yang serba nirkertas, e-Meterai menjadi instrumen yang kian krusial.
PosDigi menyiapkan peta jalan yang ambisius. Ke depan, mereka berencana mengintegrasikan layanan e-Meterai langsung dengan sistem pembubuhan digital. Ini adalah lompatan besar bagi efisiensi birokrasi pribadi maupun korporasi. Bayangkan sebuah alur kerja di mana pengguna tidak hanya datang untuk bertransaksi, tetapi bisa langsung menyelesaikan administrasi mereka dalam satu tarikan napas digital.

1 week ago
9





































