Scroll, Klik, dan Takwa: Membaca Ulang Fikih di Era Digital

5 days ago 7
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Ilustrasi dibuat oleh pengguna dengan bantuan AI

Dunia Digital dan Wajah Baru Kehidupan Beragama

Hidup di era digital berarti hampir setiap detik kita bersentuhan dengan layar: gulir linimasa, klik tautan, dan membagikan berbagai konten ke ruang publik yang nyaris tanpa batas. Aktivitas yang tampak sederhana ini sebenarnya menghadirkan banyak persoalan etik dan hukum, termasuk dalam perspektif fikih.

Di tengah derasnya arus informasi, takwa bukan hanya soal apa yang dilakukan di masjid, melainkan juga apa yang dilakukan di balik gawai yang selalu dalam genggaman.​

Bagi seorang muslim, ruang digital bukan wilayah netral yang bebas dari nilai. Setiap komentar, unggahan, dan jejak digital dapat bernilai ibadah atau justru menjadi sumber dosa jariyah yang terus mengalir, sekalipun penggunanya sudah lupa atau bahkan sudah meninggal.

Jejak Digital dan Dosa yang Terus Mengalir

Ilustrasi bermain sosial media. Foto: photobyphotoboy/Shutterstock

Konsep jejak digital mengajarkan bahwa apa yang pernah diunggah di internet benar-benar sulit dihapus. Dalam kacamata fikih, hal ini mirip dengan pahala dan dosa yang terus mengalir selama dampak dari suatu perbuatan masih berlangsung.

Konten yang memicu kebencian, menyebarkan fitnah, hoaks, atau merusak kehormatan orang lain, ketika dibagikan berkali-kali, dapat menjadi sebab dosa berlapis bagi pembuat dan penyebarnya.

Sebaliknya, konten yang membawa manfaat, menumbuhkan pengetahuan, dan mendorong kebaikan bisa menjadi sedekah jariyah dalam versi digital. Di sinilah takwa di dunia maya menemukan bentuk konkretnya: bukan hanya menahan diri dari yang haram, melainkan juga mempertimbangkan dampak jangka panjang dari setiap jejak yang ditinggalkan di ruang siber.

Etika Bermedsos dalam Kacamata Fikih

Ilustrasi bermain sosial media. Foto: Shutterstock

Fikih klasik sudah lama membahas larangan gibah, namimah (adu domba), tuduhan tanpa bukti, dan menyebarkan aib saudara seiman. Di era digital, semua itu hadir dalam bentuk baru: komentar pedas di kolom komentar, serangan pribadi, menyebarkan potongan video tanpa konteks, hingga “meng-capture” kesalahan orang lain, lalu menjadikannya sebagai bahan olok-olok berjamaah. Hanya saja, kini satu unggahan bisa menyebar jauh lebih cepat dan luas dibanding obrolan lisan biasa.

Karena itu, etika bermedia sosial dalam perspektif fikih menuntut beberapa sikap dasar. Pertama, memastikan kebenaran informasi sebelum membagikannya, sejalan dengan perintah untuk tabayyun ketika menerima kabar. Kedua, menghindari hinaan, caci maki, dan merendahkan martabat pihak lain karena setiap manusia memiliki kehormatan yang wajib dijaga. Ketiga, menahan diri dari komentar yang hanya memancing keributan, meskipun dibungkus atas nama “kebebasan berpendapat”.

Dari Kitab Kuning ke Layar Ponsel

Di sebagian pesantren dan kampus Islam, istilah “fikih digital” mulai muncul untuk menyebut upaya mengontekstualisasikan kaidah fikih ke dalam dunia maya. Ini bukan berarti lahir fikih baru yang sama sekali terpisah dari tradisi, melainkan pembacaan ulang atas teks-teks klasik dengan mempertimbangkan realitas teknologi informasi yang sekarang membentuk cara manusia berinteraksi.

Ilustrasi menonton Streaming. Foto: Getty Images

Fenomena fatwa online, pengajian di Read Entire Article