Namun, meski punya banyak manfaat, tidak semua orang cocok mengonsumsi susu sapi. Kondisi ini bisa disebabkan oleh alergi susu sapi ataupun intoleransi laktosa.
Menurut ahli gizi dr. Arif Sabta Aji, S.Gz, banyak orang mengira kedua kondisi ini sama, padahal sebenarnya berbeda. Intoleransi laktosa tidak bisa disamakan dengan alergi susu sapi, karena keduanya memiliki perbedaan yang bisa dilihat dari respons tubuh serta gejala yang muncul.
"Perbedaan nyata antara alergi susu sapi dan intoleran laktosa, yaitu dari respons tubuh kita," kata Arif yang juga menjadi dosen Kesehatan Masyarakat di Universitas Alma Ata, dikutip dari Antara.
Menurut Arif, intoleransi laktosa adalah kondisi yang tidak bisa diubah atau disembuhkan. Hal ini berbeda dengan alergi susu sapi yang justru bisa berkurang apabila mengonsumsi obat, bahkan hilang seiring bertambahnya usia.
Intoleransi laktosa terjadi ketika seseorang tidak mampu mencerna laktosa dalam produk susu sapi karena tubuh kekurangan enzim laktase. Enzim ini berfungsi mengubah laktosa menjadi bentuk yang lebih sederhana, yaitu glukosa dan galaktosa yang bermanfaat untuk sistem metabolisme di dalam tubuh.
"Sementara alergi susu sapi itu disebabkan oleh respons sistem imun tubuh kita yang berlebihan karena protein susu sapi yang dikonsumsi. Alergi susu sapi sebenarnya bisa kita tangani, tidak seperti intoleran laktosa," katanya.
Perbedaan lain antara intoleran laktosa dan alergi susu sapi juga dapat dilihat dari gejalanya. Alergi susu sapi biasanya menimbulkan ruam atau gatal-gatal pada kulit. Sementara, intoleransi laktosa tidak menimbulkan efek yang tidak nyaman pada saluran pencernaan setelah 30 menit hingga dua jam setelah mengonsumsi susu sapi.
Ketika tubuh kekurangan enzim laktase namun tetap mengonsumsi susu sapi, saluran pencernaan akan menarik lebih banyak air dari seluruh bagian tubuh. Hal ini membuat penderita intoleransi laktosa rentan mengalami diare serta rasa tidak nyaman di perutnya setelah minum susu sapi.
"Jadi, bersyukur buat teman-teman yang bisa mengonsumsi susu sapi seperti biasa. Karena intoleran laktosa itu enggak nyaman. Dari segi presentasenya juga hampir 80 persen intoleran laktosa dialami oleh masyarakat Asia," ujarnya.
Arif menjelaskan bahwa tingginya kasus intoleransi laktosa di Asia dipengaruhi oleh faktor budaya. Secara turun-temurun, masyarakat Asia tidak memiliki kebiasaan atau tradisi meminum susu sapi.
"Beda dengan Eropa, mereka banyak sekali terpapar konsumsi susu di negara sana. Kalau kita itu tidak sebanyak atau sebiasa orang-orang sana. Oleh karena itulah kita akhirnya memiliki karakteristik yang intoleransi laktosa," kata Arif.
Meski begitu, Arif menegaskan bahwa laktosa memiliki manfaat bagi tubuh. Penderita intoleransi laktosa pun bukan berarti tidak boleh minum susu sapi sama sekali. Ada pilihan produk yang tetap bisa dikonsumsi, salah satunya susu sapi bebas laktosa.

6 days ago
20





































