Dokter Ungkap Gejala Anemia yang Diam-Diam Rusak Saraf dan Otak Anak

1 month ago 15
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Anak mengalami anemia (ilustrasi). Anemia Defisiensi Besi (ADB) bukan sekadar menyebabkan tubuh lemas, tetapi memiliki dampak neurologis jangka panjang yang harus diwaspadai sejak dini.

REPUBLIKA.CO.ID. JAKARTA -- Kesehatan optimal di masa tumbuh kembang anak dinilai sangat bergantung pada asupan nutrisi yang memadai, dan zat besi merupakan salah satu pilar utamanya. Namun, banyak orang tua tanpa sadar mengabaikan sejumlah gejala halus Anemia Defisiensi Besi (ADB) pada anak, padahal kondisi ini berpotensi serius memengaruhi perkembangan saraf dan otak mereka.

Peringatan ini disampaikan oleh dokter spesialis anak lulusan Universitas Gadjah Mada, dr Devie Kristiani, Sp.A. Menurut dia, ADB bukan sekadar menyebabkan tubuh lemas, tetapi memiliki dampak neurologis jangka panjang yang harus diwaspadai sejak dini.

“Anemia defisiensi besi bukan sekadar masalah kurang darah. Kondisi ini berdampak langsung pada perkembangan saraf dan otak," kata Devie dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (27/11/2025).

Wanita yang kini praktik di RS Bethesda Yogyakarta itu menjelaskan gejala anemia pada anak dapat dilihat dari wajah yang tampak pucat, mudah lelah, lesu, atau kurang aktif. Gejala lain yang perlu diwaspadai meliputi berat badan sulit naik, pertumbuhan terlambat, penurunan nafsu makan, hingga kebiasaan memakan benda bukan makanan seperti tanah atau es batu (pica).

Penyebabnya pun beraneka macam seperti asupan makanan yang rendah zat besi, penyerapan zat besi yang tidak optimal, atau kehilangan darah akibat infeksi kronis. Beberapa kelompok anak memiliki risiko lebih tinggi, seperti bayi prematur, anak dengan ibu yang mengalami anemia selama kehamilan, serta anak yang mengonsumsi Makanan Pendamping ASI (MPASI) rendah zat besi.

Faktor gaya hidup juga turut berkontribusi. Konsumsi teh, kopi, atau coklat dapat menghambat penyerapan zat besi di usus. Sebaliknya, penyerapan dapat ditingkatkan melalui konsumsi vitamin C dan susu pertumbuhan yang difortifikasi zat besi.

Mengutip sebuah studi, Devie mengingatkan bahwa anak yang terkena ADB berisiko memiliki skor kognitif, kemampuan psikomotor, serta konsentrasi yang lebih rendah dibanding anak dengan kadar zat besi yang cukup. Hal ini berpengaruh pada kesiapan mereka belajar di sekolah dan performa akademik dalam jangka panjang.

Read Entire Article