Pusara Ombak dan Mandat di Raksa Bintana

2 days ago 12
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

"Kami di sini... Hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun. Memang tempat kami tidak seindah tempat yang orang bayangkan. Kami di sini hanya sebagian jiwa yang rapuh dan bersikukuh menerima kenyataan. Penyu adalah makhluk yang diciptakan dengan sejuta ancaman, namun tak gentar untuk tetap bertahan. Begitu pun kami, dengan kesadaran sepenuh jiwa, untuk penyu akan kami pertahankan."

Untaian kalimat yang diucapkan dengan nada rendah namun bergetar itu bukan sekadar deretan kata; ia adalah detak jantung dari sebuah janji yang terpatri di antara deburan ombak dan butiran pasir. Di balik kesederhanaan bicaranya, tersimpan sebuah narasi besar tentang seorang manusia yang memilih untuk "menjadi rumah" bagi mereka yang tak bersuara.

Di bawah langit pesisir Batu Hiu yang menderu, derap langkah seorang pria paruh baya memecah kesunyian pantai. Tangannya yang terampil tak hanya akrab dengan bidik lensa kamera dan seni, namun kini memegang nasib makhluk-makhluk purba yang terancam punah. Ia adalah Pak Kurdi, sosok yang memilih menanggalkan zona nyamannya sebagai seniman demi menjaga sebuah warisan yang nyaris terkubur bersama pasir pantai, yaitu napas kehidupan para penyu. Kisah ini bukanlah sekadar tentang penangkaran satwa, melainkan sebuah narasi tentang kesetiaan, pengabdian yang disalahpahami, dan janji yang ditunaikan di atas nisan.

Akar Perjuangan yang Terjal

Semua bermula pada tahun 1983. Saat itu, masyarakat pesisir masih memandang penyu sebagai komoditas semata. Dagingnya disantap, telurnya diburu, dan cangkangnya dipoles menjadi barang seni demi pundi-pundi rupiah. Di tengah keriuhan eksploitasi itu, muncul seorang pria bernama Didin Saefudin. Didin, yang merupakan mertua Pak Kurdi, merasa iba. Baginya, setiap penyu yang mati adalah satu langkah menuju kepunahan harmoni laut.

Perjuangan Pak Didin tidaklah manis. Menggunakan pendekatan dakwah, ia mencoba menyentuh sisi kemanusiaan masyarakat. Namun, alih-alih dukungan, ia justru menuai badai kontroversi.

Dianggap menghalangi mata pencaharian warga, Didin sempat dicap sebagai "orang gila" dan diasingkan oleh masyarakat sekitar. "Dulu, Bapak tuh sampai dianggep orang gila neng sama orang sini gara-gara ngelawan kebiasaan di sini," ujar Pak Kurdi. Namun, kegigihan adalah nama tengahnya. Dengan semangat yang tak padam, ia perlahan merangkul kerabat dan sahabat yang sehaluan.

Bangunan Pertama KPBL. Dok: pribadi

Setelah dua dekade bergerilya dalam kesunyian, upaya Didin akhirnya dilirik Pemerintah Kabupaten Ciamis. Pada tahun 2003, berdirilah Kelompok Pelestari Biota Laut (KPBL). Tempat ini tak sekadar menjadi penangkaran, tapi juga stasiun pengawasan pesisir.

Dihantam Tsunami, Diuji Pengkhianatan

Alam memiliki rahasianya sendiri. Tahun 2006, saat KPBL baru seumur jagung, tsunami meluluhlantakkan pesisir Pangandaran. Gelombang raksasa itu tak hanya menghancurkan bangunan fisik, tapi juga melumat ribuan mimpi. Ratusan jiwa hilang, dan semangat kelompok itu pun tercerai-berai.

Di tengah puing-puing itu, Pak Didin dan istrinya berdiri tegak. Dengan peluh yang bercampur air laut, mereka membangun kembali segalanya dari nol. Setiap hari, mereka menjinjing jerigen berisi air laut dari bibir pantai demi mengisi kolam penyu yang kini letaknya harus bergeser menjauh dari garis pantai. "Kebayang gak tuh dulu Bapak sama Ibu sampai ngangkat-ngangkat jerigen berdua dari depan ke sini, bangunannya kan pindah ya neng jadi lebih jauh dari sebelumnya," ujar Pak Kurdi.

Perjuangan itu membuahkan hasil, KPBL kembali berdiri pada tahun 2009.

Bangunan KPBL yang Berdiri hingga Sekarang

Nama Didin pun harum, melambung ke tingkat nasional sebagai tokoh lingkungan hidup dan menerima berbagai penghargaan.

Kendati demikian, ujian selalu datang silih berganti. Pak Didin yang dikenal tegas pernah melaporkan anggotanya sendiri yang kedapatan menjual telur penyu. Ketegasan ini membuatnya dicap tak berperasaan oleh rekan-rekannya. Bahkan, ia sempat terjerat pusaran intrik birokrasi ketika namanya dicatut dalam laporan keuangan fiktif oleh oknum pemerintah daerah. Tanpa gentar, ia menghadapi cekcok dan tuduhan demi menjaga integritas kelompoknya.

Waktu terus berjalan hingga pandemi melanda. Kesehatan Pak Didin menurun drastis akibat diabetes. Di tengah sepinya kunjungan, sang istri harus berjuang ekstra: mengurus sang suami sekaligus memastikan penyu-penyu tetap terawat. Pada tahun 2020, sang pejuang itu pun berpulang ke pangkuan Sang Khalik.