Guru Penggerak Pamit, Guru Pejuang Digital Datang: Pendidikan/Pergantian Istilah

1 week ago 11
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Antara tuntutan teknologi dan beban kebijakan. (Sumber: ChatGPT)

Pada 3 Juli 2020, pemerintah meluncurkan Program Guru Penggerak sebagai bagian dari kebijakan Merdeka Belajar. Guru dipersiapkan melalui pendidikan berbulan-bulan untuk menjadi pemimpin pembelajaran, agen perubahan, dan penggerak komunitas belajar di sekolah. Mereka diminta tidak lagi sekadar mengajar, tetapi mengubah budaya. Lima tahun berselang, pada 18 Maret 2025, program itu resmi dihentikan. Sertifikatnya tak lagi menjadi rujukan, perannya perlahan memudar, seolah tugas menggerakkan telah selesai.

Namun belum kering jejak Guru Penggerak, negara kembali memanggil guru dengan nama baru. Pada 11 Desember 2025, lahirlah Guru Pejuang Digital—kali ini dengan narasi perjuangan, teknologi, dan percepatan. Pertanyaannya bukan soal digital atau tidak, melainkan: apakah pendidikan kita sedang bergerak maju, atau hanya berpindah istilah tanpa jeda refleksi?

Nama itu terdengar mentereng. Heroik. Kata pejuang memberi kesan darurat, seolah ruang kelas adalah medan tempur dan papan interaktif digital adalah senjata utama. Dalam peluncuran resminya melalui Pusdatin Kemendikdasmen, disebutkan bahwa 1.450 guru dan tenaga kependidikan disiapkan sebagai garda terdepan transformasi pembelajaran digital. Mereka direkrut dari berbagai simpul yang sebelumnya juga telah aktif—Duta Teknologi, komunitas belajar, dan jejaring guru inovatif—untuk mendampingi sekolah dalam pemanfaatan Papan Interaktif Digital dan platform Rumah Pendidikan.

Pesannya jelas: transformasi digital harus dipercepat, dan sekali lagi guru dipercaya sebagai ujung tombaknya.

Pahlawan digital berjubah, sistem tetap berharap guru berjuang sendirian. (Sumber: ChatGPT)

Di atas kertas, ini tampak mulia. Siapa yang ingin sekolah tertinggal dari perkembangan zaman? Siapa yang menolak penguatan kompetensi digital guru? Persoalannya bukan pada tujuan, melainkan pada pola kebijakan yang berulang dan tergesa. Guru Penggerak belum pernah benar-benar dievaluasi secara terbuka dampaknya, tetapi panggung sudah disiapkan untuk peran baru. Tongkat estafet berpindah cepat, tanpa jeda refleksi bersama tentang apa yang berhasil, apa yang gagal, dan apa yang melelahkan guru.

Di titik ini, pertanyaan menjadi penting: apakah Guru Pejuang Digital adalah kelanjutan yang utuh, atau sekadar pengemasan ulang dari semangat lama dengan nama berbeda?

Di ruang-ruang kelas yang tak pernah masuk panggung peluncuran kebijakan, guru tetap berdiri setiap pagi dengan papan tulis yang sama, siswa dengan persoalan yang beragam, dan beban administrasi yang terus bertambah. Mereka tidak disebut pejuang, tidak pula dilekatkan label transformator. Namun merekalah yang memastikan pembelajaran tetap berlangsung ketika istilah-istilah kebijakan silih berganti, datang dan pergi tanpa pernah benar-benar menetap.

Di balik papan tulis, seorang guru menanamkan pengetahuan dengan kesabaran dan makna. (Sumber: ChatGPT)

Jika ditelusuri, beban perubahan hampir selalu berhenti di pundak guru. Ketika mutu pembelajaran dipersoalkan, guru diminta berinovasi. Ketika karakter siswa dianggap rapuh, guru diminta menguatkan. Ketika teknologi tertinggal, guru diminta beradaptasi. Kini, ketika digitalisasi dikejar, guru diminta berjuang. Sementara itu, sistem—mulai dari infrastruktur yang timpang, koneksi internet yang tak merata, hingga kebijakan yang sering berubah arah—kerap hadir sebagai latar, jarang disentuh secara konsisten dan menyeluruh.

Negara terlalu sering memindahkan persoalan struktural menjadi tanggung jawab individual guru. Kata pejuang terdengar heroik, tetapi juga berbahaya. Ia bisa menjadi legitimasi halus bahwa jika transformasi gagal, yang dianggap kurang gigih adalah guru, bukan kebijakan.

Pendidikan kita tampak lebih rajin melahirkan istilah daripada membangun kesinambungan. Kita punya Program Guru Penggerak, peran Pengajar Praktik dalam pelatihannya, dan kini Guru Pejuang Digital. Guru seolah bukan manusia dengan batas tenaga dan emosi, melainkan perangkat lunak yang bisa terus diperbarui tanpa risiko kelelahan. Padahal, di balik layar program, ada guru yang tetap mengajar dengan jadwal padat, administrasi berlapis, dan ekspektasi yang tak pernah benar-benar disederhanakan.

Di antara tumpukan tugas dan layar digital, lelah guru sering luput dari apresiasi. (Sumber: ChatGPT)

Dalam pengalaman banyak guru, perubahan kebijakan sering datang lebih cepat daripada kesiapan di lapangan. Pelatihan selesai, sertifikat terbit, tetapi dukungan berkelanjutan kerap menguap. Guru diminta adaptif, sementara sistem t...

Read Entire Article