Masa kecil adalah fase yang dipenuhi dengan kesenangan, keceriaan, kebebasan, dan petualangan yang tidak membosankan. Bagi saya, masa kecil yang saya alami dari tahun 2013 sampai 2019 adalah waktu yang dipenuhi dengan banyak teman, kegiatan seru, dan kenangan yang tak terlupakan.
Namun, seiring bertambahnya usia, saya semakin merindukan saat-saat indah itu, ketika dunia terasa cerah dan penuh kemungkinan. Melihat anak-anak bermain di taman selalu membuat hati saya tergerak untuk kembali ke masa itu, merasakan semua kebahagiaan yang dulu saya alami.
Saya lahir dan tumbuh besar di kabupaten Pangandaran, yang dikenal dengan dua pantai yang sangat indah Pantai Barat dan Pantai Timur. Masing-masing pantai memiliki pesona tersendiri yang membuatnya menjadi tempat favorit kami untuk bersantai dan bermain.
Pantai Barat terkenal dengan matahari terbenamnya yang indah pada cuaca yang bagus, di mana langit berubah warna menjadi nuansa oranye, merah, dan ungu yang memukau. Kami sering duduk di atas pasir yang hangat, menikmati angin laut yang sejuk sambil menunggu momen matahari perlahan tenggelam di ujung langit.
Sementara itu, Pantai Timur menawarkan suasana yang lebih tenang, sangat cocok untuk bermain air tanpa khawatir dengan ombak besar. Di sini, kami sering menghabiskan waktu berlarian di tepi pantai, merasakan ombak kecil yang menyapu kaki kami. Suara gelombang yang menghantam pantai dan tawa riang kami menciptakan suasana yang penuh kegembiraan.
Keindahan alam Pangandaran dan kebersamaan dengan teman-teman menjadikan masa kecil saya penuh warna. Setiap kunjungan ke Pantai Barat dan Pantai Timur adalah pengingat akan kebahagiaan, keceriaan, dan kehangatan persahabatan yang kami jalin. Kenangan-kenangan ini akan selalu menjadi bagian dari diri saya, memberi saya rasa syukur dan kebahagiaan setiap kali saya mengenangnya.
Setiap sore, setelah pulang dari sekolah keagamaan di masjid Al Bahar, kami berkumpul di lapangan terdekat, yaitu lapangan basket hotel Pantai Indah. Di sana, kami bermain bola, bersepeda, atau sekadar duduk-duduk sambil bercanda tawa. Tanpa beban pikiran tentang ujian atau tugas sekolah, kami merasakan kebahagiaan yang tulus.
Salah satu permainan favorit kami adalah petak umpet, yang sering kami mainkan di lapangan hotel di daerahku yaitu hotel” Pantai Indah”. Saya masih ingat betapa serunya bersembunyi di balik batu besar yang tertutup lumut, di mana saya bisa melihat setiap gerakan teman-teman saya tanpa terlihat. Suara dedaunan yang berdesir dan burung-burung yang berkicau menambah suasana petualangan kami. Saat itu, jantung saya berdegup kencang, menunggu dengan penuh ketegangan saat teman-teman mulai menghitung dengan suara keras.
"Kami akan mencari kalian dalam hitungan sepuluh!" teriak salah satu dari mereka, suaranya menggema di antara pepohonan.
Saya menahan napas, berusaha tidak tertawa atau bergerak, sementara teman-teman saya mulai menyebar, mencari tempat persembunyian yang sempurna. Keriangan tawa dan teriakan saat berhasil menang atau kalah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masa kecil kami. Saya ingat bagaimana wajah mereka bersinar saat menemukan teman yang lain, dan bagaimana kami semua berlari ke arah suara, tertawa riang.
Setiap permainan adalah petualangan yang membuat kami semakin dekat satu sama lain. Kami merencanakan strategi, kadang-kadang dengan diam-diam mengisyaratkan tempat persembunyian terbaik, atau mencoba menipu satu sama lain dengan trik-trik konyol. Misalnya,ada kalanya kami bersembunyi dibalik teman kami yang jaga agar dapat memenangkan permainan dengan mudah meskipun terdengar curang tetapi kami masih melanjutkan permainan dengan tertawa terbahak-bahak.Semua itu menambah keseruan dan tantangan dalam permainan.
Kami sering bermain hingga matahari terbenam,dan kita hanya pulang untuk mandi dan makan.Ketika azan Magrib berkumandang, sekitar pukul 6 sore kami sering berkumpul di masjid Al Bahar,untuk beribadah seperti mengaji, tadarus yang diajarkan oleh bapak ustaz Maman dan bapak ustaz Syamsudin mereka adalah guru semasa kecil kami yang baik dan juga tegas, kami belajar mengaji dan tadarus sampai Waktu isya, ketika isya sudah selesai sekitar pukul 7 malam kami terkadang sebelum pulang berjalan jalan terlebih dahulu menggunakan sepeda kami untuk berkeliling daerah Pangandaran.
Seiring berjalannya waktu, kami semua tumbuh dan mulai menjalani kehidupan masing-masing. Teman-teman saya pergi ke sekolah menengah yang berbeda pada tahun 2020, dan kami jarang memiliki waktu untuk berkumpul seperti dulu. Kesibukan belajar, ujian, dan berbagai tanggung jawab mulai mengambil alih kehidupan kami. Saya merasakan kesepian yang tiba-tiba, kehilangan ikatan yang dulu begitu kuat. Setiap kali saya melihat lapangan yang biasa kami gunakan untuk bermain, rasa nostalgia menyelimuti saya.
Saat-saat nostalgia sering datang ketika saya melihat foto-foto lama kami. Setiap gambar adalah jendela ke masa lalu, mengingatkan saya pada momen-momen penuh tawa dan kebahagiaan. Di dalam foto-foto itu, terlihat wajah-wajah ceria dari teman-teman saya, dengan senyum lebar dan mata yang bersinar penuh semangat.
Saya merindukan tawa bersama, suara riang yang menggema di pantai, dan keceriaan saat bermain tanpa henti. Kami sering tertawa terbahak-bahak saat melakukan hal-hal konyol, seperti berlari mengejar ombak atau saling melempar air, yang membuat kami basah kuyup.

1 week ago
10







































