Review Avatar: Fire and Ash, Cerminan Tragedi Ekologi Akibat Keserakahan

1 week ago 10
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Gala premiere Avatar: Fire And Ash di XXI Gandaria City. Foto: Vincentius Mario/kumparan

Sutradara James Cameron kembali membuktikan kualitasnya. Melalui Avatar: Fire and Ash, film ketiga dari waralaba Avatar, penonton tidak hanya diajak kembali ke Pandora, tetapi melihat sisi gelap dari planet indah tersebut.

Jika film pertama adalah tentang perkenalan dan film kedua adalah tentang keluarga, film ketiga ini adalah tentang konsekuensi dari kehancuran.

Fire and Ash mengambil latar waktu tak lama setelah peristiwa di The Way of Water. Jake Sully dan Neytiri menyadari bahwa melarikan diri ke laut bukanlah solusi permanen. Ancaman RDA (Resources Development Administration) semakin agresif.

Sementara itu, konflik internal terus muncul. Keluarga Jake Sully masing-masing masih berdamai atas kepergian Neteyam yang tewas ditembak pasukan RDA saat mencoba menyelamatkan adiknya, Lo'ak, dan Spider di kapal manusia.

Film ini memperkenalkan penonton pada klan baru yang disebut "Ash People" (Suku Abu). Berbeda dengan klan Omatikaya (hutan) atau Metkayina (laut) yang, Suku Abu adalah klan yang hidup di wilayah vulkanik yang keras dan gersang.

Gala premiere Avatar: Fire And Ash di XXI Gandaria City. Foto: Vincentius Mario/kumparan

Mereka dipimpin oleh Varang (diperankan oleh Oona Chaplin), sosok pemimpin yang memiliki pandangan sinis terhadap dunia luar akibat penderitaan yang dialami klan mereka.

James Cameron memperluas Pandora dengan memperkenalkan ekosistem yang tidak ramah. Ada sungai lava, padang abu yang luas, dan predator udara yang mampu beradaptasi dengan panas ekstrem.

Plotnya lebih kelam ketika mengeksplorasi gagasan bahwa tidak semua bangsa Na'vi itu baik. Konflik internal antar-klan ini memberikan dimensi yang lebih dewasa dan rumit dibandingkan film sebelumnya.

Secara teknis, lompatan visual dari film pertama (2009) hingga Fire and Ash (2025) terlihat seperti keajaiban teknologi. Pada film pertama, kita dibuat terpukau oleh keindahan hutan. Di film kedua, kita terkesima oleh simulasi air The Way of Water yang begitu nyata. Di film ketiga ini, fokus utamanya adalah elemen api, asap, dan partikel debu.

Tingkat kerumitan pada film ini terlihat sangat meningkat. Partikel abu yang melayang-layang di udara, cahaya api menyinari kulit Na’vi yang berwarna abu-abu pucat, hingga simulasi aliran lava yang memiliki massa dan suhu yang terasa panas di mata penonton. Standar baru dalam industri CGI.

Adegan dalam trailer Avatar: Fire and Ash. Foto: YouTube Avatar

Penggunaan teknologi High Frame Rate (HFR) juga terlihat lebih halus, membuat gerakan di tengah pertempuran vulkanik tampak sangat organik tanpa kehilangan sentuhan sinematiknya. Wajar bahwa produksi Avatar: Fire And Ash disebut-sebut menghabiskan dana 400 juta dolar AS atau setara dengan Rp 6,7 triliun.

Salah satu aspek yang paling menarik untuk dibahas adalah permainan palet warna yang terlihat lebih kaya di Avatar: Fire And Ash. James Cameron menggunakan warna sebagai alat penceritaan.

Klan Jake Sully dan Neytiri tetap mempertahankan warna biru ikonik mereka sebagai simbol kehidupan, air, dan keselarasan dengan Eywa.

Namun, kehadiran Suku Abu memberikan kontras yang tajam. Mereka memiliki kulit yang cenderung berwarna abu-abu kusam atau biru pucat. Aksesori dan lingkungan mereka didominasi oleh warna kuning belerang dan merah membara.