Veda Ega Pratama, Balapan, dan Warisan Pengetahuan

1 week ago 9
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Veda Ega Pratama, pebalap motor asal Wonosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Veda finis sebagai runner-up di Red Bull Rookies Cup 2025 dan akan berkompetisi di kejuaraan Moto3 2026. Foto: Pandangan Jogja/Tannayu Hangno

Pengalaman bertahun-tahun di sirkuit balap mengajarkan satu hal pada Sudarmono, bahwa balapan bukan semata perkara kebut-kebutan. Maka, ketika anaknya mulai jatuh cinta pada motor, ia tak hanya mengajarinya gas dan rem, tapi juga menuntunnya ke jalur yang tepat. Kelak, putranya tercatat dalam sejarah sebagai pebalap Indonesia pertama yang finis nomor satu di Sirkuit Mugello, Italia, pada usia 16 tahun.

Ialah Veda Ega Pratama, pebalap muda asal Kapanewon Wonosari, Gunungkidul, yang bakal berkompetisi di Moto3 tahun depan. Veda selangkah lebih dekat untuk berlaga di kejuaraan balap motor paling kesohor sedunia: MotoGP. Seluruh kegemilangan itu tak diawali dengan keistimewaan—bagaimana mungkin, jika sirkuit untuk latihan saja ia tak punya? Saat awal-awal mengenal motor, satu-satunya tempat Veda bisa memacu gas adalah sebuah pasar sapi di kapanewon tetangga.

Veda Ega Pratama letihan balap di Pasar Sapi Siyono Harjo, Playen, Gunungkidul. Di pasar inilah ia pertama kali latihan bersama ayahnya. Foto: Pandangan Jogja/Tannayu Hangno

“Dulu latihannya cuma yang sebelah sana. Di sini belum ada aspalnya, belum kayak gini, terus kotor banget dulu. [...] ingat banget dulu masih ada pohon di tengah,” kenang Veda saat ditemui di Pasar Sapi Siyono Harjo, Playen, Jumat (5/12). Sampai hari ini, tempat yang sama masih sering dimanfaatkan sebagai lintasan pacu oleh warga lokal. Maklum, provinsi ini memang masih belum memiliki sirkuit balap motor permanen.

Sejak Veda kecil, Sudarmono sering mengajaknya menonton balapan, termasuk saat dirinya sendiri yang beraksi di sirkuit. Namun, ia tak pernah memaksakan anaknya untuk memilih jalan hidup yang sama. Walakin, memang benarlah peribahasa itu, bahwa jatuhnya buah tak akan jauh-jauh dari pohonnya. Saat Veda menunjukkan minatnya pada motor, barulah Sudarmono mulai mengajarinya tentang balapan.

Veda Ega Pratama bersama sang ayah, Sudarmono, yang juga merupakan mantan pebalap motor nasional. Foto: Pandangan Jogja/Tannayu Hangno

“Saya lihat anaknya minat enggak sama motor itu? (Ternyata) dia suka, terus tak kasih tahu tentang balapan, tak kasih tahu tentang video-video balapan. Akhirnya dia pengen juga pakai baju balap, pengen balapan,” katanya. Minat Veda tak dibiarkannya hanya tumbuh setengah-setengah. Jika benar-benar tertarik terjun ke sirkuit, ia harus punya mimpi dan target. Tujuannya satu, agar anaknya itu termotivasi dan terus berlatih dengan rajin.

“Saya bilang, ‘Kamu pengen nggak seperti seperti ini?’ Kalau dia pengen, ya selalu latihan. Kalau dia nggak niat, masak mimpimu sampai sini (tapi) kamu latihannya nggak niat,” ujarnya mengulang nasihat kepada Veda. Di usia 4 tahun, putranya itu sudah mengikuti balapan motor kecil, dilanjut balap motocross dan road race saat memasuki usia 8 tahun.

Sudarmono mengombinasikan ruang latihan yang terbatas dengan pengetahuannya tentang hal-hal yang dibutuhkan dalam balapan. Di pasar sapi itu, dilatihnya Veda agar memiliki kelincahan dan daya tarung. Semua disarikan dari pengalaman Sudarmono sendiri selama melaju di trek.

Ayah yang Mengarahkan di Balik Lintasan

Sudarmono, ayah Veda Ega Pratama, mantan pebalap nasional. Foto: Pandangan Jogja/Tannayu Hangno

Memiliki ayah yang akrab dengan dunia balap merupakan suatu keuntungan bagi Veda. Faktor ini menjadi salah satu penentu keberhasilannya, yang meski berangkat dari lintasan seadanya, namun mampu merangsek hingga ke level dunia. Sebagai mantan pebalap, ayah Veda tak hanya paham teknik, tetapi juga mengerti celah untuk bisa masuk ke industri bergengsi ini. Tanpa seluruh pengetahuan itu, langkah Veda mungkin tak akan sejauh sekarang.

Sudarmono ingat jelas, generasinya di masa lalu mengonotasikan kata ‘balapan’ dengan hal buruk. Bukan podium prestisius yang muncul dalam benak kala mendengar kata itu terucap, melainkan sekumpulan bocah jalanan yang ramai-ramai menggeber kendaraan secara serampangan.

“Saya balapan dari liar, maksudnya dari jalanan. Generasi saya kalau balapan ya memang harus motor kencang, nggak ada prepare fisik seperti itu,” kenangnya. Kompleksitas dunia balap baru dilihat Sudarmono saat berkesempatan mencicipi kompetisi di tingkat Asia. Dari situ, ia sadar bahwa kejuaraan-kejuaraan tingkat dunia membutuhkan regenerasi talenta muda, bahkan sejak usia yang sangat belia. “(Karena) saya sudah tahu jalurnya, maka saya tata anak saya ke jalur itu.”

Read Entire Article