Apa itu "playing victim"? Ini ciri-ciri, penyebab & cara menghadapinya

6 days ago 14
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Jakarta (ANTARA) - Pernahkah Anda berhadapan dengan seseorang yang selalu merasa menjadi pihak yang paling tersakiti dalam setiap konflik, padahal faktanya tidak seperti itu?

Dalam dunia psikologi, perilaku ini dikenal dengan istilah playing victim. Hal ini bukan hanya upaya mencari simpati, namun sebuah pertahanan diri dimana seseorang memposisikan dirinya sebagai korban untuk menghindari tanggung jawab.

Baca juga: Kenali hoarding disorder dan risiko penumpukan barang di rumah

Apa itu playing victim?

Melansir laman Alodokter dan Halodoc, playing victim merupakan perilaku seseorang yang terus-menerus memposisikan dirinya sebagai korban dan suka menyalahkan orang lain atas segala kesulitan hidupnya, walaupun bukti menunjukkan sebaliknya.

Meskipun bukan kondisi gangguan jiwa, perilaku ini bisa berdampak buruk pada hubungan sosial dan kesehatan mental seseorang jika terus dilakukan.

Karena playing victim dapat menjadi indikator adanya gangguan kesehatan mental tertentu, seperti gangguan kepribadian narsistik, borderline personality disorder (BPD), hingga PTSD.

Jika tidak segera ditangani, perilaku ini berisiko memicu dampak yang lebih berat, mulai dari rasa frustrasi dan keputusasaan, hingga stres kronis dan depresi.

Perlu diketahui, kondisi ini muncul dari perasaan menderita yang dilebih-lebihkan dan hilangnya rasa kendali diri, serta sering kali berakar dari pengalaman traumatis sebelumnya.

Selain itu, perilaku playing victim juga sering kali digunakan sebagai alat untuk menghindari konsekuensi perbuatannya sendiri, menarik perhatian lewat simpati, atau sekadar cara untuk menyalahkan orang lain atas masalah yang terjadi.

Orang yang terjebak dalam perilaku playing victim umumnya memiliki tiga pola pikir sebagai berikut:

  • Percaya bahwa kemalangan akan selalu terjadi berulang kali.
  • Orang lain atau lingkungan harus bertanggung jawab atas masalahnya.
  • Pesimis, dimana mereka merasa tidak ada gunanya berusaha memperbaiki keadaan karena hasilnya akan sia-sia.

Baca juga: Cara mengatasi hoarding disorder untuk mengurangi penumpukan barang

Ciri-ciri perilaku playing victim

Dengan mengenali tanda-tanda playing victim, bisa membuat Anda tidak terjebak dalam manipulasi seseorang. Berikut beberapa karakteristik seseorang yang playing victim:

  • Selalu menyalahkan pihak luar: Suka melimpahkan kesalahan ke orang lain, bahkan dengan manipulasi (gaslighting) orang lain agar merasa bersalah.
  • Menghindari tanggung jawab: Memposisikan diri sebagai korban demi simpati dan menolak solusi, karena tujuan utamanya dikasihani, bukan menyelesaikan masalah.
  • Narasi negatif dan ketidakberdayaan: Sering mengeluh bernasib sial untuk memancing iba dan memanipulasi diri agar tidak perlu berusaha memperbaiki keadaan.
  • Haus perhatian: Terus-menerus menceritakan kisah sedih dan keluhan untuk mendapat validasi dan rasa kasihan.
  • Cemas berlebihan: Menggunakan ketakutan atau kecemasan yang tidak proporsional sebagai alasan untuk menghindari tindakan atau kewajiban.
  • Sikap manipulatif: Mengendalikan hubungan untuk keuntungan sepihak tanpa memberikan kontribusi setara.
  • Minim empati: Selalu fokus pada diri sendiri, sehingga sulit memahami perasaan orang lain dan lebih mudah menyalahkan pihak luar.

Baca juga: Mengenal "hoarding disorder" dan tanda awal seseorang mengalaminya

Penyebab seseorang playing victim

Perilaku playing victim tidak terbentuk secara spontan. Mentalitas ini biasanya dipicu oleh berbagai faktor sebagai berikut:

  • Trauma masa lalu: Pengalaman traumatis mengajarkan mereka untuk mempertahankan diri yang salah, yaitu bertahan dengan berperan sebagai korban. Mereka yakin bahwa sikap ini dapat menghindarkan diri dari rasa sakit atau bahaya.
  • Adanya rasa kurang percaya diri: Ketidakpercayaan pada kemampuan diri sendiri dan mendorong mereka untuk menempatkan diri sebagai korban saat menghadapi kesulitan. Dibanding mengambil kendali dan mencari solusi, mereka memilih menyalahkan lingkungan atau orang lain.
  • Korban pengkhianatan: Pernah dikhianati, ditinggalkan, atau dimanipulasi, sehingga membuat mereka merasa tidak berharga. Pengalaman pahit ini menyebabkan mereka terus-menerus menganggap diri sebagai korban dalam setiap interaksi sosial.
  • Emosional: Kesulitan mengelola emosi negatif seperti marah atau frustasi, membuat mereka merasa sebagai “korban” dari emosi tersebut. Akibatnya, mereka merasa tidak berdaya mengubah situasi dan memilih lari dari tanggung jawab.

Baca juga: Mewaspadai perilaku kekerasan anak dari pola asuh di rumah

Cara menghadapi orang playing victim

Menghadapi perilaku seseorang yang playing victim dalam interaksi sehari-hari memang sangat melelahkan.

Walaupun merasa toxic dan menjengkelkan, penting untuk diingat bahwa sikap ini sering kali berasal dari pengalaman traumatis di masa lalu.

Agar tidak semakin memperburuk keadaan, berikut beberapa cara untuk menghadapi seseorang yang suka playing victim:

  • Terapkan batasan yang tegas untuk melindungi diri dari potensi manipulasi atau tekanan emosionalnya.
  • Jangan langsung validasi peran “korban” mereka. Dengarkan ceritanya, namun jangan terburu-buru dengan membenarkan semua klaim penderitaannya.
  • Tetap bersikap empati, tetapi jangan biarkan diri terseret dalam drama mereka. Dengarkan ceritanya, namun cari fakta dan perspektif lain dari situasi tersebut.
  • Jika tidak merasa bersalah, jangan meminta maaf. Hal ini untuk mencegah mereka memanipulasi lebih jauh.
  • Berikan dukungan dalam kadar yang wajar tanpa perlu terlibat terlalu dalam dalam persoalan mereka.
  • Tetap tenang dan hindari sikap menyerang atau menghakimi. Debat langsung hanya akan memperkuat mentalitas korban mereka.
  • Arahkan pembicaraan yang lebih fokus pada upaya penyelesaian masalah dibandingkan terus-menerus mendengarkan keluhan.
  • Perlihatkan cara menghadapi kesulitan dengan positif, agar mereka memahami bahwa rintangan hidup adalah hal biasa yang bisa diatasi.

Jika perilaku mereka sudah mengganggu dan berlebihan, dukung mereka untuk konsultasi dengan psikolog atau konselor. Hal ini supaya mereka dapat solusi dan cara penanganan trauma yang tepat dari profesional.

Baca juga: PMI edukasi anak korban bencana Sumatera soal hidup bersih dan sehat

Pewarta: Putri Atika Chairulia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article